Mengenal Istilah Anak Broken Home, Penyebab dan Dampaknya
Nesiaverse.com – Mungkin kamu sudah tidak asing lagi dengan istilah anak broken home. Tapi, apakah kamu tahu apa yang dimaksud dengan broken home, penyebab, serta dampak broken home terhadap seorang anak? Nyatanya, makna dari istilah broken home ini menyimpan banyak kesedihan yang begitu mendalam bagi anak-anak.
Masih banyak orang diluar sana yang mengabaikan atau bahkan dipandang sebelah mata, perihal masalah anak yang mengalami broken home. Padahal, seorang anak dilahirkan itu tujuannya untuk mendapatkan kasih sayang dari orang-orang terdekatnya, dan peran orang tua itu jauh lebih besar dalam menjaga, mendidik, serta membangun pribadi seorang anak yang sehat secara mental maupun fisik.
Lantas, apa sih yang dimaksud dengan anak broken home? Nah, disini akan memberikan penjelasan terkait topik tersebut secara menyeluruh. Jadi langsung saja simak ulasannya di bawah ini dengan seksama!
Mengenal Istilah Anak Broken Home, Penyebab, dan Dampaknya
Broken home memang tidak jauh dari adanya kaitan dengan seorang anak. Sebab, kebanyakan orang yang dapat merasakan atau mengalami broken home adalah anak.
Mengapa harus anak saja yang mengalaminya? Emangnya apa sih broken home itu? Untuk lebih jelasnya, berikut adalah keterangan mengenai anak broken home. Yaitu:
Apa Itu Anak Broken Home?
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), sebanyak 3.172.498, atau 4,79 persen dari semua keluarga terdata di Indonesia, mengalami konflik cerai hidup dan diyakini memicu terjadinya broken home.
Istilah “Broken Home” sendiri mengacu pada kondisi ketika suatu keluarga tidak selaras satu sama lain sehingga harus mengalami perpisahan. Broken home atau keluarga yang tidak utuh menunjukkan keluarga yang hancur atau tidak harmonis lagi akibat adanya perselisihan, pertengkaran, dan akhirnya perceraian.
Dilansir dari laman academia.edu tentang Broken Home and Lifestyle, situasi ini berdampak terutama pada anak-anak, dan berpotensi menyebabkan gaya hidup yang buruk. Sementara, menurut Frank Anderson, psikiater dan psikoterapis, dalam Verywell Mind. Broken Home atau keluarga yang hancur adalah salah satu kondisi yang mencakup hubungan yang tidak sehat atau terputus dalam unit keluarga,
Walau broken home sering dikaitkan dengan perceraian, akan tetapi kondisi ini juga dapat terjadi dalam keluarga yang masih utuh di atas kertas. Sebagai contoh, keluarga mungkin masih utuh di atas kertas, namun anggotanya saling berkonflik dan terasing satu sama lain. Akan tetapi, terlepas itu berdasarkan perceraian atau konflik yang merajalela, korban terdampak dari hal ini lebih terpusat pada anak yang terabaikan.
Penyebab Anak Mengalami Broken Home
Penyebab anak broken home dapat terjadi berdasarkan beberapa faktor pemicunya, yaitu sebagai berikut:
Perceraian Orang Tua
Faktor utama yang menyebabkan anak broken home adalah perceraian orang tuanya. Anak-anak mengalami luka yang mendalam ketika orang tuanya memutuskan untuk berpisah. Mereka merasa bingung harus memilih untuk tinggal bersama ayah atau ibu mereka, belum lagi stigma yang melekat di masyarakat pada keluarga yang mengalami perceraian dapat berkemungkinan memberikan tekanan pada anak.
Orang Tua Yang Tidak Bertanggung Jawab
Orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya, hubungan sosial, atau hobi mereka masing-masing, dapat kehilangan rasa tanggung jawab terhadap keluarganya sendiri. Seorang ayah yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan kemudian larut dalam hobinya bermain game saat pulang dari kantor. Begitupun sang ibu, yang terlalu asyik bersosialisasi dengan teman-temannya. Ditambah, ia tampaknya lebih memprioritaskan menonton Drama Korea daripada mengurus anaknya.
Dengan demikian, anak yang ditinggal hanya bisa memaklumi keadaan orang tuanya, meskipun dalam hatinya ia memendam kerinduan untuk mendapat perhatian orang tua. Ketika merasa bukan lagi menjadi prioritas, disitulah mereka jadi merasa terasingkan dan menjadi salah satu penyebab broken home, memiliki orang tua tapi berasa tidak memiliki orang tua yang utuh.
Permasalahan Finansial
Keretakan rumah tangga juga dapat terjadi sebagai akibat dari percekcokan karena alasan ekonomi, seperti suami dipecat dari pekerjaannya, istri tidak puas dengan kebutuhan materinya, atau suami tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga.
Manusia memang pada dasarnya membutuhkan sandang, pangan, dan papan untuk melengkapi hidupnya. Nah, apa yang terjadi jika suami tidak mampu menafkahi keluarganya? Mau itu terjadi karena suami mengalami PHK, atau kurangnya semangat untuk mencari nafkah, Hal-hal tersebut dapat menjadi potensi timbulnya kondisi broken home dan berdampak besar kepada kepribadiannya.
Kekerasan Rumah Tangga
Kekerasan dalam rumah tangga dapat menjadi penyebab anak broken home. Kekerasan tersebut dapat menyebabkan ketakutan, kurangnya kasih sayang, dan komunikasi yang buruk di antara anggota keluarga, terutama anak-anak, yang mana akhirnya berkontribusi pada retaknya hubungan rumah tangga.
Kekerasan dalam keluarga dapat berupa kekerasan fisik, emosional, atau seksual. Jika hal tersebut dapat terlihat oleh anak-anak, maka akan berdampak pada kesehatan mentalnya serta menyebabkan anak broken home.
Masalah kesehatan Mental
Masalah kesehatan mental dapat menjadi penyebab seseorang broken home karena dapat mempengaruhi sikap, emosional, dan tingkah laku anggota keluarga.
Jika salah satu anggota keluarga memiliki masalah kesehatan mental, keluarga tersebut juga dapat menjadi tidak harmonis dan akhirnya tidak utuh, terutama jika anggota tersebut tidak menyadari masalah kesehatan mental mereka dan mempengaruhi anggota keluarga lainnya. Masalah kesehatan mental ini juga seiring berjalannya waktu dapat mendampak pada anak, akibat tekanan yang didapat.
Jauh Dari Tuhan
Hubungan suami-istri ibaratkan segitiga. Digambarkan dengan Tuhan di atas, suami di sebelah kiri, dan istri di sebelah kanan. Rumah tangga akan lebih dekat satu sama lain jika mereka dekat dengan Tuhan. Sebaliknya, jika sepasang suami dan istri jauh dari Tuhan, hubungan mereka akan melemah. Karena itu, hal yang paling mendasar dalam pernikahan adalah memiliki kedekatan dengan Tuhan. Semakin jauh pasangan suami-istri dari Tuhan, semakin sering juga mereka berkonflik atas dasar ego masing-masing.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan sebuah rumah tangga berpecah adalah ketidakmampuan seorang suami untuk memimpin rumah tangga. Keharmonisan rumah tangga dapat terganggu jika jauh dari Tuhan. Perbuatan tercela seperti berjudi, berselingkuh, berbohong, atau menipu dapat menyebabkan pernikahan runtuh dan berpotensi menciptakan kondisi broken home pada seseorang.
Dampak Broken Home Terhadap Anak
Dampak broken home terhadap anak dapat meliputi berbagai aspek, termasuk psikologis, perilaku, dan kesehatan mental. Beberapa dampak diantaranya adalah:
Hilangnya Kepercayaan Diri
Anak-anak yang mengalami kondisi broken home akan mengalami kehilangan rasa percaya diri. Dampaknya, anak-anak dapat menjadi rendah diri jika mereka tidak menerima perhatian dari sang ibu atau pelukan hangat dari sang ayah.
Ikut Jauh Dari Tuhan
Anak-anak jauh dari Tuhan karena tidak memiliki figur positif dalam diri mereka. Selain menjadi sosok ayah yang seharusnya menjadi contoh baik bagi keluarga, seorang ibu sejatinya menjadi sekolah pertama dalam mengajarkan nilai-nilai agama pada anak. Sedangkan hal itu, anak yang broken home pastinya tidak selalu memiliki salah satu figur tersebut dan akan kehilangan arah serta semakin jauh dari Tuhan. Dampaknya, mereka mungkin tumbuh menjadi anak-anak yang tidak beragama dan melakukan perbuatan tercela.
Membenci Orang Tua
Anak merasa sangat kecewa karena perlakuan buruk orang tua dan kurangnya kasih sayang. Ditambah lagi, jika anak menyaksikan kekerasan yang dilakukan orang tuanya, sulit bagi mereka untuk menghilangkan ingatan tersebut, yang mana nantinya akan menghasilkan kebencian.
Seorang anak tidak akan menyadari secara utuh masalah yang terjadi saat broken home. Dampaknya, mereka jadi kesulitan untuk mempelajari masalah lebih lanjut dan melemparkan semuanya pada orang tuanya. Si anak pun jadi tidak tahu mengapa orangtuanya bertengkar, atau bahkan berpisah.
Memberontak
Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak stabil cenderung menjadi rebel. Anak-anak kehilangan rasa hormat mereka terhadap orang tuanya sebagai akibat dari rasa kecewa, kurangnya perhatian, dan hilangnya kepercayaan pada sosok orangtua. Dampaknya, mereka jadi merasa tidak perlu lagi pandangan orang tua yang sudah gagal memberikan kenyamanan bagi mereka.
Gangguan Kesehatan Mental
Dampak dari broken home terhadap anak salah satunya adalah dapat mengalami gangguan mental. Karena pengalaman tersebut dapat menyebabkan trauma emosional, meningkatkan risiko depresi, kecemasan, gangguan kepribadian, serta masalah perilaku.
Dampaknya dari keluarga broken home cenderung mengalami penurunan kesejahteraan emosional, kesulitan dalam berinteraksi sosial, dan stres akibat perubahan lingkungan dan situasi konflik. Mereka juga rentan mengalami kesepian, rasa takut, dan kehilangan, yang dapat berdampak pada kesehatan mental mereka.
Itulah penjelasan mengenai anak broken home, penyebab, dan dampaknya yang perlu kamu ketahui. Mungkin sebagian orang tua masih asing dengan istilah broken home. Namun, sebagai orang tua generasi sekarang, penting sekali pahami perihal tersebut. Supaya, kita dapat membesarkan seorang anak dengan lebih baik lagi dan bijak. Good Luck, semoga membantu.
Comments are closed.