Nesiaverse.com – Berbicara perihal broken home, nyatanya anak-anak generasi sekarang memang kebanyakan mengalami masalah broken home. Kondisi ini dapat terjadi dari berbagai faktor, terutama keluarga. Namun, apakah kamu tahu apa yang dirasakan anak broken home? Mungkin bagi orang normal pada umumnya, mereka dapat menjalani hidup dengan baik. Tetapi, berbeda dengan anak yang broken home.
Lantas, apa sih yang dirasakan anak broken home? Nah, disini akan memberikan beberapa penjelasan terkait perasaan-perasaan yang dirasakan oleh anak broken home, secara menyeluruh. Jadi simaklah ulasannya di bawah ini dengan seksama!
Apa Saja Yang Dirasakan Anak Broken Home?
Istilah “Broken Home” digunakan dalam bahasa Inggris untuk menggambarkan keluarga yang tidak harmonis. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, istilah ini akan sama artinya dengan “keluarga tidak utuh”.
Anak-anak yang kehilangan rumah biasanya menghadapi tantangan yang tidak biasa. Mulai berasal dari kurangnya perhatian orang tua karena berpisah, serta masalah ekonomi. Kesehatan mental seseorang dapat terganggu jika mereka menghadapi beban emosional yang berat, seperti yang dialami anak-anak broken home tersebut.
Akan sangatlah sulit untuk menanamkan cinta dan perhatian dalam diri seseorang. Menurut Indian Journal of Psychological Medicine, ada korelasi kuat antara depresi dan perpisahan (orang tua). Yang mana umumnya disebabkan oleh faktor sosial dan ekonomi. Jadi, tidak mengherankan bahwa beberapa anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak stabil ini mengalami penyakit mental.
Lalu sebenarnya, apa saja sih yang dirasakan anak ketika mendapati dirinya dalam kondisi broken home? Nah, berikut adalah yang dirasakan anak broken home, baik secara psikologis atau emosional. Diantaranya adalah:
Jauh Lebih Sensitif Terhadap Hal Yang Berkaitan Dengan Keluarga
Anak-anak yang berasal dari keluarga yang tidak stabil biasanya lebih sensitif terhadap masalah keluarga. Hal ini terjadi karena mereka sudah terlalu sering melihat pertengkaran, teriakan, dan kejahatan lainnya di rumah, akibatnya perasaan mereka menjadi jauh lebih sensitif apabila menyangkut soal ini.
Bagaimanapun, mereka akan menahan diri dari hal ini dan berusaha menjadi orang yang kuat di hadapan orang lain. Makanya, saat berbicara atau membahas soal keluarga, yang dirasakan anak broken home hanyalah ketidaknyamanan dan jadi sensi.
Sering Merasa Kesepian
Anak-anak yang dibesarkan dalam broken home biasanya lebih suka berada di luar rumah. Mereka merasa lebih nyaman berada di luar rumah daripada suasana rumah yang selalu tegang. Bahkan tidak sedikit ditemukan, mereka sengaja mengulur dan menunda waktu untuk pulang, ketika sedang bersama teman-temannya,
Anak-anak broken home tidak dapat mencari kesenangan di tengah kesepian yang selalu mereka rasakan selama berada di tempat tinggal mereka, dengan demikian mereka lebih senang untuk melarikan diri dan bertemu dengan orang-orang terdekat mereka.
Haus Perhatian dan Kasih Sayang
Ketika seseorang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis, mereka mungkin memiliki pemahaman yang lebih baik tentang perasaan ingin dicintai. Anak-anak yang kehilangan rumah akan selalu menginginkan hal ini, bahkan hingga mereka dewasa.
Tidak mengherankan jika mereka cenderung memiliki perasaan yang lebih tulus untuk orang lain. Namun, mereka juga mengharapkan balasan yang sama dari orang tersebut. Anak-anak ini sangat memahami bagaimana rasanya tidak mendapatkan cinta sejati, jadi mereka biasanya akan berusaha memberikan cinta yang tulus meskipun tidak menerima cinta yang sama dari orang tersebut.
Salah Pergaulan
Anak-anak dengan keluarga yang tidak harmonis cenderung mudah bergaul dan mudah terpengaruh karena ini adalah cara mereka keluar dari keadaan terpuruk mereka. Karena, yang dirasakan anak broken home adalah mereka tidak sendirian.
Tidak sedikit dari mereka bodo amat dan malas berpikir lebih jauh, satu-satunya hal yang mereka pikirkan adalah bagaimana mereka merasa tenang dan diterima di lingkungan mereka. Pergaulan tersebut apabila tidak terkontrol, maka dapat berdampak negatif pada kehidupan mereka sehingga memilih jalan yang salah dalam pergaulannya.
Mudah Rapuh
Anak-anak broken home sudah sering merasakan rasa sakit dan luka. Jadi, tidak mengherankan bahwa sebagian besar dari mereka memiliki kecenderungan untuk lebih gampang menyayangi orang lain. Mengapa demikian? hal ini disebabkan karena mereka ingin mencegah orang lain mengalami hal yang sama dengan mereka.
Anak-anak dengan keluarga yang tidak tutuh, jauh lebih dapat berempati dengan orang yang terluka. Mereka bahkan tidak ragu untuk memberi tahu orang terdekat mereka tentang keadaan mereka saat terjadi musibah atau permasalahan, karena jauh dalam lubuk hati anak tersebut, mereka sangatlah rapuh.
Overprotektif
Jika seorang anak broken home memiliki pasangan dan sudah berkeluarga, ia akan menjadi terlalu protektif terhadap semua anggota keluarganya. Mereka cenderung akan melindungi kakak, adik, atau bahkan orang tuanya dari kekerasan fisik maupun mental, bahkan jika itu bersumber dari pihak eksternal.
Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis akan secara spontan bertindak sebagai penjaga, meskipun di usia yang terbilang masih muda. Mayoritas dari mereka bertumbuh dewasa sebelum waktunya.
Selain itu, jika posisi mereka adalah anak pertama, dia cenderung akan melindungi adik dan orang tuanya. Sifat ini akan bertahan dan terus tumbuh bahkan hingga mereka dewasa, akibat keinginan untuk melindungi hal-hal penting dalam hidup mereka.
Cenderung Suka Menghindari Masalah
Anak dengan keluarga yang tidak harmonis lebih senang menghindari masalah, akibat dampak psikologis yang mereka alami dari kondisi keluarga mereka sendiri. Beberapa dampak psikologis yang terjadi bisa berupa rendahnya rasa percaya diri, lebih senang menyendiri, dan keinginan yang kuat untuk menghindari segala macam konflik.
Selain itu, mereka jadi jauh lebih rentan ketika mencari perhatian dari dunia luar sehingga kurang mampu dalam membedakan antara orang yang baik dan yang buruk. Hal ini tentu nantinya dapat berdampak pada kecenderungan menahan emosi dan menghindari masalah.
Sangat Ambisius Dalam Menggapai Sesuatu
Anak-anak dari keluarga broken home memiliki kecenderungan sangat ambisius agar mereka dapat membuktikan kesuksesan mereka, meskipun tanpa adanya campur tangan orang tua mereka. Anak-anak ini biasanya dapat lebih mudah berdikari dan menandakan ultimatum bahwa mereka dapat sukses dengan usaha mereka sendiri.
Keambisiusan ini biasanya didasari karena perasaan marah terhadap lingkungan mereka. Perasaan marah inilah yang nantinya dapat mengarahkan mereka ke hal positif, seperti meraih impian mereka.
Selain itu, yang dirasakan anak broken home adalah semua hal yang ada dalam kehidupan ini adalah kompetisi, agar dapat diterima dengan baik oleh lingkungan dan orang sekitar. Makanya mereka jadi lebih ambisius.
Itulah beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipahami mengenai perasaan apa saja yang dirasakan seorang anak broken home. Bila kamu mendapati seseorang dengan kondisi keluarga yang kurang harmonis, rangkul mereka dan ajaklah untuk tetap senantiasa berada dalam pergaulan yang positif untuk masa depan mereka.
Buat kamu yang berada dalam kondisi tersebut, jangan lupa untuk tetap semangat. Karena, pada akhirnya hanya dirimu lah yang dapat kamu andalkan, orang lain hanyalah sebagai support system dari luar. Good Luck semoga membantu.