7 Dampak Perceraian Terhadap Anak

Nesiaverse.com – Perceraian merupakan suatu kondisi yang sangat ditakuti oleh siapapun, terutama anak-anak. Dampak perceraian terhadap anak bukanlah hal yang sepele. Hal tersebut dapat mengguncang pada jiwa atau mental seorang anak, apalagi jika posisi si anak masih dalam usia yang terbilang kanak-kanak atau masih kecil.

Karena, pada masa kanak-kanak seharusnya mereka mendapatkan banyak kasih sayang dari kedua orang tuanya. Jika salah satu orang tua harus pergi meninggalkan mereka, bagaimana bisa si anak tumbuh dengan kasih sayang dari kedua nya? Walaupun setiap karakter anak berbeda-beda dan ada yang bisa mengerti akan hal itu, tetap saja, jauh dari dalam lubuk hatinya mereka pun akan merasakan dampaknya.

Lantas, apa saja sih dampak perceraian terhadap anak? Nah, disini akan memberikan berbagai penjelasan terkait dampak dari perceraian terhadap kelangsungan hidup anak-anak. Jadi langsung saja simak ulasannya di bawah ini dengan seksama!

Advertisment

Dampak Perceraian Terhadap Anak

Advertisment

Terkadang perceraian terjadi tidak selalu dari hilangnya perasaan masing-masing terhadap pasangannya, melainkan berbagai permasalahan seperti faktor finansial, kekerasan dalam rumah tangga, atau kurangnya komunikasi antar pasangan.

Namun, apakah kamu tahu kalau perceraian itu sangat berdampak pada kehidupan seorang anak? Terutama buat kamu yang memang sudah dikaruniai seorang anak.

Jangan hanya memikirkan perasaan sendiri, tapi sebagai orang tua pun perlu melihat dari sisi lainnya yang dimana perceraian kamu tidak hanya membuat suami atau istri merasa sedih, kecewa, terpuruk, atau tertekan, melainkan hal ini juga sangat berdampak bagi kelangsungan hidup si anak.

Pentingnya, untuk para orang tua ketahui dampak buruk dari perceraian terhadap anak. Nah, berikut adalah dampak perceraian terhadap anak yang perlu orang tua waspadai, diantaranya yaitu:

Anak Jadi Lebih Tertutup

Dampak pertama yang didapatkan ketika orang tua bercerai adalah anak menjadi lebih tertutup, hal ini terjadi akibat mereka mengalami berbagai dampak secara psikologis maupun emosional.

Berdasarkan studi oleh Jennifer O’Loughlin, yakni seorang profesor di University of Montreal menyatakan anak-anak yang menghadapi perceraian orang tua dapat merasakan kaget, sedih, cemas, marah, atau bingung secara bersamaan. Mereka juga dapat mengalami perasaan tidak percaya diri, stres, dan kecewa, serta cenderung menyalahkan diri sendiri.

Hasil studi ini juga menunjukkan bahwa konsep diri negatif anak pasca perceraian orang tua dapat ditunjukkan dalam perilaku yang lebih tertutup, sensitif, dan emosional. Anak-anak mungkin mencari ketenangan dalam diri mereka sendiri dan menunjukkan sikap yang lebih menyendiri.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk senantiasa waspada terhadap dampak perceraian terhadap anak. Tetaplah untuk memberikan perhatian, kasih sayang, dan kepedulian yang konsisten kepada mereka, meskipun telah bercerai.

Menarik Diri Dari Lingkungan Sosial

Selain membuat anak merasa sungkan berinteraksi dan menjadi lebih tertutup. Perceraian orang tua juga dapat mengganggu perkembangan sosial dan emosional anak, membuat mereka kurang fokus dalam hal-hal seperti sekolah dan hubungan sosial dengan teman-teman mereka, sehingga pada akhirnya menarik diri dari lingkungan sosial secara keseluruhan.

Tentu, hal ini dikhawatirkan akan berdampak terhadap kehidupan masa depan anak, bahkan terhadap kondisi kesehatan mentalnya. Jadi, orang tua juga harus tetap waspada pada dampak satu ini. Meski sudah bercerai, usahakan untuk tetap menjaga komunikasi baik dengan anak, dukung kebutuhannya terutama pada hal yang berhubungan dengan lingkungan sosial, seperti hobi, teman-teman, sekolah dan sebagainya.

Berisiko Terseret Dalam Pergaulan Buruk

Perceraian dapat menyebabkan perubahan besar dalam kehidupan keluarga, seperti perpindahan rumah, perubahan sekolah, dan perubahan dalam rutinitas sehari-hari. Hal ini dapat membuat anak merasa tidak stabil dan sulit menyesuaikan diri, sehingga mencari dukungan dari teman sebaya.

Tak sedikit pula anak yang terlanjur berkecimpung dalam pergaulan, tanpa sadar mendapati dirinya ada dalam pergaulan bebas. Hal ini pun dapat berpotensi meningkat ketika kerapkali anak menemukan dan melihat secara langsung konflik antara orang tua selama proses perceraian, sehingga membuat anak merasa tertekan atau terabaikan, mereka jadi cenderung malas pulang ke rumah dan lebih senang bergaul di lingkungan luar.

Setelah perceraian, orang tua mungkin akan sibuk dengan urusan mereka masing-masing dan akan kurang memperhatikan anak. Hal ini tentu dapat membuat anak merasa tidak diawasi dengan baik dan memiliki peluang kebebasan yang lebih besar untuk melakukan hal-hal yang tidak seharusnya.

Kurangnya pengawasan ini juga memicu anak merasakan kehilangan perhatian dan kasih sayang dari orang tua, dengan demikian membuat mereka mencari sesuatu yang hilang tersebut pada orang lain.

Meski mungkin tidak semua anak yang mengalami perceraian orang tua akan terkena pergaulan bebas, namun orang tua harus tetap waspada dan bantulah anak untuk mengurangi risiko terseret pergaulan bebas dengan membantu anak menemukan kegiatan positif dan memastikan mereka diawasi secara baik sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupan keluarga.

Prestasi si Anak Mengalami Penurunan

Anak yang tadinya memiliki lingkungan serta prestasi yang baik di sekolah, bisa saja mengalami serangkaian penurunan kualitas dalam kesehariannya, akibat perceraian yang terjadi pada orang tua. Perpisahan orang tua juga dapat menyebabkan perubahan lingkungan dan kehilangan perhatian penuh dari salah satu orang tua, yang dapat memicu stres dan kurangnya motivasi pada anak, sehingga perceraian ini berdampak pada penurunan prestasi akademik si anak.

Dengan demikian, orang tua harus tetap waspada akan dampak dari perceraian terhadap anak. Tetaplah membuka jalur komunikasi dengan anak, melalui mendengarkan dengan mereka dengan penuh perhatian dan tanpa menghakimi. Ajarkan juga anak cara mengungkapkan perasaan mereka secara sehat. Orang tua juga dapat melibatkan pihak lain, seperti kakek, nenek, atau anggota keluarga lainnya dalam memberikan dukungan dan perhatian kepada anak.

Merasa Rendah Diri dan Mudah Merasa Bersalah

Sebagian anak mungkin akan merasa bersalah atas perceraian dari orang tuanya, meskipun sebenarnya tidak ada kaitannya dengan mereka. Akan tetapi, dampak emosional serta perubahan lingkungan yang terjadi dapat membuat si anak merasa rendah diri dan mudah merasa bersalah, pada permasalahan yang padahal bukan mereka penyebabnya. Perasaan-perasaan yang berkecamuk tersebut perlahan akan menggerogoti psikologis anak dan menyebabkan rasa rendah diri berlebihan.

Orang tua harus waspada, karena dengan perasaan rendah diri ini, sangatlah berpotensi menimbulkan gejala seperti mudah merasa panik dan cemas, menyalahkan diri sendiri, ragu-ragu dalam bertindak, senang menyendiri, merasa dirinya tidak berharga dan tidak berguna, serta dapat mudah depresi pada anak.

Oleh sebab itu, meski sudah bercerai, tetaplah untuk senantiasa mendukung anak secara emosional untuk kembali membantunya membangun rasa percaya diri sembari menggali potensi atas diri mereka.

Anak Jadi Mudah Trust Issue

Dampak perceraian terhadap anak selanjutnya adalah mereka cenderung jadi suka trust Issue atau kecenderungan untuk tidak mudah mempercayai orang sekitar, besar kemungkinan dapat menimpa anak yang mengalami perceraian orang tua.

Trust issue ini kemungkinan dapat mengembangkan rasa keraguan mereka mengenai cinta dan keharmonisan dalam hubungan, serta merasa tidak aman setelah melihat pernikahan yang gagal.

Selain itu, lingkungan keluarga yang tidak stabil akibat perceraian, seperti pelecehan, pengabaian, atau ancaman, juga dapat menjadi faktor utama terjadinya trust issue pada anak.

Mengalami Perubahan Perilaku dan Masalah Gangguan Mental

Salah satu dampak parah yang diakibatkan perceraian orang tua pada anak adalah mereka mengalami perubahan perilaku yang sangat signifikan serta berpotensi untuk memicu permasalahan gangguan mental. Orang tua harus waspada, dampak dari bercerai dapat memberikan serangkaian masalah kesehatan mental sebagai berikut:

  • POSESIF: Anak dapat menjadi posesif ketika orang tua bercerai karena perceraian dapat memicu berbagai emosi kompleks pada anak, termasuk rasa kehilangan, kecemasan, dan ketidakamanan. Terutama pada hal yang terkait dengan ketidaknyamanan saat harus berpisah dari salah satu orang tua.
  • PARANOID: Anak dapat menjadi paranoid ketika orang tua bercerai karena perceraian dapat menyebabkan mereka kehilangan rasa percaya diri, ketenangan batin, dan semangat dalam menjalani kehidupan. Mereka mungkin merasa tidak memiliki arah tujuan hidup, bersalah, dan bahwa dunia mereka menjadi berantakan setelah perceraian orang tua.
  • GANGGUAN KECEMASAN dan DEPRESI: Anak dapat mengalami gangguan kecemasan ketika orang tua bercerai karena perceraian dapat menimbulkan ketidakstabilan emosional, rasa kehilangan, sedih, bingung, takut, dan marah pada anak. Hal ini dapat berkontribusi pada peningkatan tingkat kecemasan dan depresi pada mereka.

Itulah beberapa dampak perceraian terhadap anak yang perlu orang tua ketahui. Terkadang, orang tua juga harus memikirkan perasaan anak-anak, karena bukan kamu saja yang merasa tersakiti, melainkan si anak pun akan demikian. Bahkan, bisa jauh lebih parah dampaknya pada kehidupan mereka nanti. Good Luck semoga membantu.

anakperceraian